“Alamak susah tembusnya, bahasa Inggris saya gak bagus-bagus amat, kalaupun mau tembus harus bayar jutaan sampai belasan juta rupiah, reviewernya kejam-kejam, saya sampai trauma untuk coba kirim lagi, naskah yang dikirim lebih sering di-reject daripada di-accept, dst dsb.”
Demikian litani keluhan para dosen-peneliti dan mahasiswa Program Doktoral, semenjak DIKTI memberlakukan kewajiban menulis terpublikasi di jurnal bereputasi internasional, atau, jurnal yang terindeks-Scopus, istilah populernya. Pertanyaannya, benarkah kewajiban publikasi di jurnal bereputasi internasional menjadi Dementor penghisap kebahagiaan bagi para mahasiswa program Doktoral dan para dosen-peneliti yang mau naik JJA-nya? Sedemikian sulitkah naskah penelitian dalam ranah social, cultural & humanities yang ditulis para penulis berbahasa ibu Indonesia untuk dapat tembus dimuat di jurnal bergengsi tersebut?
Menjadi seorang cendekia dan aktivitas menulis bukan hal asing. TriDharma Perguruan Tinggi membenarkan aktivitas menulis cendekia sebagai bagian inti Pilar TriDharma: Riset/Penelitian berujung pada publikasi. Seiring menguatnya rezim penulisan dan publikasi ilmiah di jurnal ‘bereputasi internasional’ selama beberapa dekade terakhir ini, published or perished menjadi mantra sakti yang semakin diyakini konstruksi kebenarannya oleh para cendekia zaman now. Lantas, bagaimana kita, para cendekia, menanggapi isu dan problematika tersebut? Kalah sebelum bertanding? Blame game? Mengutuk kegelapan? Atau menyalakan lilin dan mencari jalan keluar?
Webinar yang diadakan FIKOM UMN pada 12 Agustus 2020, pukul 10.00 – 11.30 WIB akan dibawakan oleh cendekia muda bersemangat, a prolific author, Hendar Putranto, dosen tetap di FIKOM UMN dan mahasiswa Program Studi Doktoral Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia (Angkatan 2019).
Naskah hasil penelitian lapangan (co-author dari ibu Bertha Sri Eko) di dusun Buneng, Desa Boro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada 2018 lalu, berhasil ACCEPTED & PUBLISHED di jurnal terindeks Scopus Q1 (Intercultural Communication Research/RJIC) yang dikelola penerbit bereputasi Taylor & Francis (London), pada 30 Juni 2019 lalu.
Berikut profil tulisan yang berhasil tembus di jurnal bergengsi RJIC tersebut:
Eko, B. S. and Putranto, H. (2019). The Role of Intercultural Competence and Local Wisdom in Building Intercultural and Inter-religious Tolerance.
Journal of Intercultural Communication Research, 48(4), 341-369. Received 12 Feb 2019, Accepted 30 Jun 2019, Published online: 28 Jul 2019. https://doi.org/10.1080/17475759.2019.1639535
Link untuk mengaksesnya:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17475759.2019.1639535
Sharing pengalaman menulis (dan berhasil tembus) di jurnal internasional bereputasi ini diharapkan dapat menjadi lilin penerang bagi aspiring scholars untuk memahami gugus persoalan di atas.
How?
Ikuti percakapan ini (link YouTube menyusul ya)
cheers!
Hendar
Credit gambar 1 dan 2: dari FB nya C. Felix
Credit gambar 3: dari mbak L., kolega di FIKOM yg memfasilitasi berlangsungnya seri Webinar setiap Rabu ini.