Categories
Uncategorized

[DAY 132] Fenomenologi dan Etika dari Teknologi Informasi: Kelindan yang saling mengandaikan dan memperjelas

Berdasarkan tiga bacaan berikut ini:
(1) [Chapter 7]Ethics,Phenomenology&Ontology. In The SAGE Handbook of Digital Technology Research (2015)
(2) [Chapter 13] Phenomenology as a Research Method_In TheSAGEHandbookofQualitativeData Analysis(2013), dan
(3) [Review_of_Comm]In_defense_of_phenomenological_approaches_to_comm.stud_intellectual_history(JN.Sturgess,2018)

terkait aspek Metodologinya, ada tiga hal baru yg ditawarkan dari komparasi ketiga bacaan ini utk metode pengerjaan disertasi yang sedang kususun, yaitu:

1) Menurut Anna Kouppanou & Paul Standish (2015), teknologi bukan instrumen yang bebas nilai (not value-laden instruments). Etika sudah selalu tertanam dalam teknologi, baik pada saat perancangannya (desain), produksinya maupun penggunaannya. Karena itu, Etika bersifat konstitutif dalam proses transmisi terkait diskusi-diskusi yang menyangkut desain, produksi maupun penggunaan teknologi, dalam berbagai aspek dan contohnya, seperti (desain, produksi & penggunaan) energi nuklir, rekayasa genetika sampai kecerdasan buatan. Perdebatan soal isu ini tidak pernah jauh-jauh selalu berkutat pada persoalan siapakah manusia itu, apa kodrat teknologi dan apa kodrat dari alam (nature) itu sendiri. Perdebatan etis terkait isu teknologi selalu mendorong kita untuk bertanya dan mengevaluasi tentang dimensi ontologi, epistemologi maupun etika teknologi dan hubungannya dengan manusia.

Determinisme sosial dari teknologi di satu sisi (seperti disuarakan, di antaranya, oleh Langdon Winner dalam eseinya yang provokatif, “Do Artifacts Have Politics” (1980) yang di dalamnya ia mendaku bahwa “the machines, structures, and systems of modern material culture can be accurately judged…for the ways in which they can embody specific forms of power and authority,” dan “value-laden technology” seperti disuarakan Martin Heidegger (1977) “social determinism cannot be sustained because technology is inherently value-laden and for this reason implicated in ethical matters” sama-sama mendapatkan dukungan kuat dengan segambreng bukti-bukti dan argumentasi untuk mendukung masing-masing posisi.

Bagaimana dengan “tulisan” sebagai instrumen teknologi? Pandangan klasik (Plato, misalnya) cenderung curiga terhadap keberadaan tulisan, karena menjauhkan manusia dari daya mengingat (anamnesis) yang merupakan human faculty yang luar biasa, juga mengeksternalisasikan realitas, sekaligus menjauhkan manusia dari the truth of reality. Ringkasnya, ide tulisan sebagai teknologi (dikarenakan kodratnya yang memediasi dan bersifat tidak langsung) dan juga karena dampak2nya pada moda akses yang kita miliki terhadap dunia (epistemologinya), memunculkan sejumlah problem etis yang serius terkait apakah “tulisan sebagai teknologi” itu memang baik adanya dan dihasrati?

Merujuk pada pandangan Stiegler (2011) tentang teknologi digital dan ketertanaman diri kita di dalamnya dan itu mengubah bukan hanya cara pandang kita tentang dunia sekitar namun mengubah diri kita sendiri, menjadi datum dalam aliran datastream. Lengkapnya, “Digital representation, the grid and second-generation navigation techniques combine in this process of ‘geo-information’. Information, as the word begins to suggest, not only affects us as something external to ourselves, selves that remain intact, but forms us within: thus, they (in-)form our dwelling-place, the device-user becoming a datum in a constant datastream.”

Karena itu, Kouppanou & Standish (2015) mengajak kita untuk memperluas cara kita memahami intensionalitas yang inheren dalam teknologi. Hanya dengan memperluas cakrawala pandangan kitalah akan terlihat lebih jelas “its moral import” sekaligus ekologi digital hidup kita sekarang: ketertanaman diri (users) dan objek dalam lingkungan digital.

2) masih disusun wording-nya

3) sudah pernah dibaca dan dibuat resumenya, belum dituliskan kembali di sini.

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *