Seems like we have to revise the popular tagline surrounding “love” in Valentine’s Day commemoration this year: “LOVE is blind” 🙂
Moga2 aja penggalan quote dari saya ini (lumayan) mencerahkan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pesannya akan dijalankan/diadopsi sebagai pandangan hidup 😀
Oia, satu lagi. Perayaan Valentine yg “bener & pener” dlm arti mencintai perbedaan dan bukan malahan “menghabisi”/”meniadakan” perbedaan juga perlu lebih dibudidayakan dalam masyarakat kita yah.
Soalnya tuh aku sedih banget pas baca buku di bawah ini:
Salamon, G. (2018). The Life and Death of Latisha King: A Critical Phenomenology of Transphobia. New York: New York University Press.
dan mengetahui fakta pilu bernama transphobic di negara (yg dianggap banyak orang) keren, maju (advanced) & demokratis kayak USA (FYI: peristiwa ditembaknya Latisha King sama temen sekolahnya sendiri terjadi di USA pada 12 Februari 2008, pas lagi jam pelajaran komputer … duuuuh).
Klo mau dapat gambaran kronologis peristiwanya cek di sini dulu yah gaess: https://en.wikipedia.org/wiki/Murder_of_Larry_King
(pas searching di google kemaren aku tuh nemu fakta bahwa transphobic & homophobic ini jd perhatian dan agenda global, PBB pun ngasih perhatian khusus utk fenomena ini)
Rest in peace Latisha King, may your “coming out” & “staying cool” amidst waves of hatred & transphobic culture quench our sensitivity and loving gaze towards “differences” (whatever that entails)
Hendar Putranto (c) 2022