Materi disampaikan oleh Dr. Ririt Yuniar, S. Sos., M. Hum., seorang dosen Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Pancasila yang mengampu mata kuliah (di antaranya) Filsafat dan Etika Komunikasi. Mbak Ririt, demikian beliau biasa dipanggil, merupakan alumnus Program S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2011 dengan disertasi yang dipertahankan berjudul “REPRODUKSI REALITAS POLITIK DALAM FOTO JURNALISTIK PADA KAMPANYE PEMILIHAN PRESIDEN 2009 DI INDONESIA.” Promotor disertasi mbak Ririt adalah Prof. Dr. Irwan Abdullah. Mbak Ririt juga seorang alumnus PPRA 48 Lemhannas RI 2012.
Dalam kolokium ini, saya berperan sebagai Moderator dan rekan diskusi dari Narasumber beberapa hari sebelum hari-H pelaksanaan Kolokium.
Berikut flyer dan deskripsi singkat topik yang dibawakan Narasumber:
Filsafat Komunikasi Pendidikan di Masa PJJ: Peluang atau Ancaman?
Dunia pendidikan global diguncang digitalisasi dan Pandemi Covid-19. PJJ dan belajar daring menjadi mantra baru proses belajar-mengajar menggantikan tatap-muka dan interaksi langsung di ruang kelas. Pendidik (guru dan orangtua) dan peserta didik mau tidak mau harus beradaptasi dengan situasi ‘kelaziman baru’ ini dengan susah-payah dan penuh perjuangan. Dalam bukunya yang terbaru Race, Politics, and Pandemic Pedagogy: Education in a Time of Crisis (Bloomsbury Academic, 2021), tokoh pendidikan kritis terkemuka Henry A. Giroux menyatakan bahwa munculnya krisis Covid-19 berarti krisis pendidikan di mana orang mulai memikirkan kembali sifat dasar politik dan kekuasaan sekaligus menandakan keruntuhan ekonomi yang mengungkapkan tingkat kemiskinan dan penderitaan massal yang sebelumnya tersembunyi di bawah retorika kapitalisme liberal. Pendidikan jadi tersandera karena para guru diminta untuk mempertaruhkan nyawa mereka dan nyawa siswa mereka untuk menjaga roda ekonomi tetap bergulir dengan menafikan peringatan dari para ahli kesehatan.
Pandemi Covid-19 menghasilkan zaman ketidakpastian, fragmentasi, keputusasaan, dan firasat buruk tentang masa depan. Kepastian telah digantikan oleh ketakutan bersama. Jika salah satu tujuan pendidikan adalah membebaskan manusia dari kelindan tri-matra belenggu ketakutan, kebodohan, dan kemiskinan, Covid-19 membawa gerbong pendidikan semakin mendekati jurang keputusasaan. Pedagogi pandemi bekerja secara tidak sadar sebagai mode afektif dari sabotase diri yang melegitimasi bahasa kebencian dalam percakapan sehari-hari, merendahkan orang kulit berwarna, mempromosikan kesembronoan melalui budaya selebritas di mana-mana, dan menghasilkan serangkaian praktik pedagogis otoriter yang berfungsi untuk mengeksploitasi, mendominasi, dan mendepolitisasi kita.
Pedagogi pandemi yang berlandaskan ketakutan dan kebencian seyogianya ditangkal dengan pedagogi kritis yang menjembatani interaksi sosial, keterlibatan dalam ruang publik, sekaligus praktik politik untuk memahami lebih jauh hubungan antara bagaimana belajar dan bagaimana bertindak sebagai agen individu dan sosial. Ini berarti merefleksikan secara tajam bukan hanya bagaimana individu belajar berpikir kritis tetapi juga bagaimana mereka menegaskan rasa tanggung jawab individu dan sosial sehingga litani ratapan dapat menjadi tabur harapan.
Dengan demikian, pedagogi kritis tidak hanya berhenti pada analisis tentang keadaan pikiran status quo dan inventarisasi masalah melainkan gugus praktik pemberdayaan yang berkelanjutan: suatu conditio sine qua non bagi perubahan sosial dan upaya transformatif tentang cara orang memandang diri mereka sendiri dan orang lain untuk kepentingan yang lebih besar, menjadi generasi yang cerdas berkarakter.
Dalam kolokium MFI kali ini, Dr. Ririt Yuniar menyulam analisis teoritis tentang pedagogi kritis sekaligus mengomunikasikan sejumlah rancang Kebijakan, Strategi, dan Upaya yang kontekstual guna menunjukkan arah Optimalisasi PJJ pada Era Kelaziman Baru untuk mencapai Hasil Didik yang Berkarakter. Selamat menyimak dan berpartisipasi!
(credit for flyer goes to Edward Daniel Simamora, Medical Interpreter at Propio Language Services & tutor at EF English First Makasar)
Berikut disampaikan tiga buah tangkapan layar saat mbak Ririt presentasi:
Adapun rekaman Kolokium di atas dapat ditonton kembali pada akun YouTube Masyarakat Filsafat Indonesia berikut ini:
Semoga Kolokium ini boleh menginspirasi para pembaca & pemirsa semua untuk menjadi Pendidik yang berani, bertanggungjawab, kritis dan kreatif!
Tabik!
Hendar Putranto