Berikut kutipan screenshot dari status WA saya di akhir Juli 2022 yang lalu sebagai tanggapan kritis singkat untuk JURNALISME Data Kompas yang mengangkat topik “Biaya Pendidikan untuk anak yang semakin tinggi dan memberatkan ortu”
Dari percakapan saya dengan seorang pengamat dan pakar pendidikan (kurikulum) sekaligus seorang dosen pengampu Matkul Critical and Creative Thinking pada sebuah universitas swasta terkemuka di bilangan LLDIKTI 3, saya mendapati bahwa data yang disajikan oleh KOMPAS kurang mengakomodasi baik perspektif maupun data tandingan yang dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda.
Contoh:
“yang return-nya cepat itu (alih-alih Ilmu Pendidikan) kedokteran dah hukum malahan”
“karena kita tahu dokter dan pengacara dapat pasang tarif praktik atau imbal jasa yang tinggi dibanding guru SD/SMP/SMA yang ada di kisaran 3-7 juta saja per bulannya di Jabodetabek” >> (ternyata gaji guru yang ada di kisaran ini guru PNS)
“jadi pembandingnya beda. Kalau honorer ya jauh”
“data guru honorer bahkan jauh lebih besar daripada guru tetap PNS atau sekolah swasta yg bonafide ya mas? artinya, guru yang dibayar di bawah 3 juta per bulan jauh lebih banyak? >> jutaan mas. ada lebih dari satu juta guru yang seperti ini (honorer)”
“riset di Belanda bahkan menunjukkan secara umum return of investment pendidikan itu 20 tahunan”
“selama kebijakan guru seperti ini yang masuk jadi calon guru sudah dipastikan nganggur mas”
“karena supply dan demand-nya jauh”
“Setiap tahun yang pensiun pns plus tambahan sekolah baru dan perlu guru baru ada 80 ribuan. yang wisuda prodi keguruan 250 ribuan setiap tahun.
Jadi, pasti nganggurlah atau bekerja yang di luar jalur (bukan sebagai guru di sekolah)”