[Sabtu, 31 Agustus 2024]
Selamat siang, teman-teman calon FIKOM young researchers.
Dalam rangka persiapan menuju tes tertulis pada 18 September nanti, juga untuk menyiapkan diri menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learner), ada baiknya kita mempersiapkan disposisi berpikir dan belajar yang tepat-guna. Era digital ditandai adanya keberlimpahan informasi (information overload). Hal ini berarti butuh kecakapan tersendiri untuk membedakan mana jenis informasi yang berguna untuk membentuk pondasi pengetahuan yg esensial dan yg praktis, serta mana informasi yang hanya numpang lewat saja . Seperti pernah disampaikan esayis dari Inggris, Samuel Johnson,
Knowledge is of two kinds. We know a subject ourselves, or we know where we can find information upon it
Berikut salah satu video inspiratif yg disampaikan Luis von Ahn (designer Duolingo apps) ttg bagaimana menjadi pembelajar yg sukses di era digital bahkan membuat ‘belajar itu jadi seperti kecanduan bersosmed.’ Semoga bermanfaat.
https://youtu.be/P6FORpg0KVo?si=kmfvzHkOU-mlvvKs
How to Make Learning as Addictive as Social Media
by Luis Von Ahn [https://en.wikipedia.org/wiki/Luis_von_Ahn]
[Senin, 2 Sept. 2024]
Selamat pagi, teman-teman 🙌🏻🙌🏻
Saya ingin berbagi sebuah video yang sangat menginspirasi tentang “Cipta, Rasa, Karsa Manusia Indonesia” oleh Karlina Supelli.
Karlina Supelli: Cipta, Rasa, Karsa Manusia Indonesia
Endgame #141 (Luminaries)
Host: Gita Wirjawan
https://youtu.be/Io40wI5Abac?si=8dXaPxCJplxZ9nFN
Saya yakin video ini akan memberikan banyak inspirasi dan motivasi bagi kita semua.Selamat menyaksikan 🫶🏻
Hendar merespon:
Terimakasih Ms. Kristina untuk sharing video inspiratif ini. Ibu Karlina Supelli adalah astronom perempuan pertama Indonesia. Gelar Doktor Astronomi diperoleh Bu Karlina dari University College of London (UCL), Inggris. Tapi beliau malah lebih terpanggil untuk menekuni kajian Filsafat, khususnya Metafisika, Filsafat Sains & Kosmologi. Gelar doktor filsafat diperoleh beliau dari UI tahun 1997 dengan judul disertasi Wajah-Wajah Alam Semesta, Suatu Kosmologi Empiris Konstruktif
Promotor beliau Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie & Prof. Toeti Herati R.
Saya merasa beruntung pernah mengenyam dua semester diajar beliau pas menempuh S2 Filsafat di STF Driyarkara, back in 2005-2008.
Salah satu mata kuliah yg paling mengesan yg pernah beliau ajar & saya jadi murid beliau adalah Kosmologi (Filsafat tentang Cosmos/Alam Semesta). Nanti akan saya share link salah satu tulisan yg pernah saya submit sebagai paper UAS pas ikut mata kuliah Kosmologi.🤩👍🏽
Teman2 sekalian, kami berdua terpanggil untuk mempersiapkan kalian menjadi peneliti belia. Salah satu concern yg dapat kami lakukan dlm rangka persiapan ini adalah dgn berbagi video2 inspiratif yg membuka wawasan berpikir kalian sehingga nantinya lebih siap bukan hanya utk menghadapi tes tertulis tgl 18 Sept nanti tapi lebih jauh dari itu. Sekurang2nya sampai periode FIKOM-YRC Batch 1 ini berakhir di bulan Juli 2025.
Bulan Agustus 2025 nanti, kami akan mempersiapkan Batch 2 utk para MaBa FIKOM Angk. 2025.
Kalian semua akan menjadi alumni Batch 1 & kakak senior utk Batch 2.🫶🏽😊
[Rabu, 4 Sept. 2024]
Berbahasa menjadi jendela untuk berpikir dan menjelajahi dunia.
Batas-batas bahasaku berarti batas-batas duniaku
demikian pernyataan dari filsuf bahasa dari Austria, Ludwig Wittgenstein (1922).
Gita Wirjawan, mantan Menteri perdagangan RI (2011-2014) sekaligus polyglot alumnus dari Universitas Harvard, University of Texas di Austin, Universitas Baylor, dan Sekolah Pemerintahan John F. Kennedy, berbagi pengalamannya menjelajahi penguasaan bahasa yang berbeda-beda sebagai modalnya sebagai pembelajar seumur hidup. Bagaimana denganmu? Bahasa apa yang sudah kamu kenali dan kuasai sekarang? Bahasa baru apa yang sedang kamu pelajari? Sudahkah kualitas hidupmu sebagai pembelajar seumur hidup meningkat seiring dengan penguasaan bahasa-bahasa yang kamu sedang/sudah/mau pelajari?
Selamat berpikir merdeka, berkomunikasi, dan menjelajahi dunia lewat berbahasa!
Gita Wirjawan: Semakin Bisa Berkomunikasi, Semakin Bisa Meningkatkan Produktivitas di
Masa Depan
Host: CAKAP
https://youtu.be/fAgHCEGkeF4?si=vxcvHJ5JqnkoarvC
[Jumat, 6 Sept. 2024]
Selamat pagi, teman-teman 🙌🏻
Kali ini kami ingin berbagi video yang sangat menginspirasi tentang
“Iman Usman: Good Enough is Not Enough”
Endgame S2E07
Host: Gita Wirjawan
https://youtu.be/bD9CCXtQ72E?si=XtvGr7vrPu4n1P6R
Kami yakin video ini akan memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita semua. Selamat menyaksikan 🙌🏻
Hendar merespon postingan dari Ms. K ini dengan mengatakan bahwa “Salah satu kekhawatiran terkait “nasib” pendidikan di masa depan adalah bahwa skill yg kita miliki sekarang bs jadi sudah obsolete (usang) ketika kita memasuki dunia kerja. Itulah sebabnya mengapa penting utk terus meng-upgrade skill kita (dlm konteks life-long learning) agar kita tetap terhubung dengan & kecakapan kita tetap relevan dgn kebutuhan pasar tenaga kerja di masa depan. Automation tidak otomatis menggantikan human skill meskipun sebagian pekerjaan dapat digantikan oleh mesin (AI). Mari kita terus mengasah life skills bukan hanya utk survive tapi jg thrive!”
Berikut sejumlah kutipan terkait “masa depan pendidikan dalam lanskap Pendidikan Tinggi” sebagaimana dirangkum dan tertulis dalam The Chronicle of Higher Education:
“College students who attend fully-online classes are more likely to suffer more mental-health issues than those who don’t.”
“The Class of 2030’s students will prefer hybrid learning to other types. Only 1 percent say students would prefer an all-virtual experience. Only 8 percent say that students would prefer a program made up entirely of face-to-face learning.”
“The students of the class of 2030 have experienced historic educational disruption and social turmoil at a vulnerable age, and the impact of those experiences will continue to linger. Higher-education institutions will need to prepare carefully and thoroughly to help them succeed.”
Source: https://connect.chronicle.com/rs/931-EKA-218/images/TheClassOf2030_Zomm_reasearchBrief.pdf
Dalam konteks inilah, kata-kata yang disampaikan Iman Usman beberapa tahun lalu ketika ia berproses menulis buku Masih Belajar menjadi semacam refren harapan yang dapat menyemangati Gen Z utk tidak takut jatuh, gagal, mengalami penolakan, embracing the failures, dalam aras proses menjadi peneliti dan penulis belia.
“gue belajar banyak tentang diri gue; gue belajar selama ini untuk bisa sampai di titik di mana gue berada sekarang gue melalui banyak hal, dan perjalanan itu adalah perjalanan yang sama sekali tidak sempurna. Jadi kalo tadinya gue nyari topik yang sempurna, nyari tema yg sempurna, ya gue salah, karena hidup gue aja tuh gak sempurna. Ada banyak kegagalan, ada banyak perjuangan, ada banyak penolakan, meskipun juga ada banyak cerita-cerita seru, harapan, mimpi, cita-cita. Dan itulah yang mau gue sampaikan lewat buku ini…”
Lihat videonya di sini: https://youtu.be/T1v727Z-p0I?si=0WAkNuFht2ONnZoV