Durasi Zoom Session / Web Seminar: 2 jam, 17 Menit 43 detik.
Semoga sesi ngobrol2 ini mencerahkan publik.
Terimakasih, pak Produser, mas Eka Wenats Wuryanta, atas ajakan (undangannya).
Tabik!
Hendar
I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?
Refleksi Moral-Etis berdasarkan pandangan filsuf dan sastrawan, Iris Murdoch, dalam bukunya The Sovereignty of Good (1970)
Refleksi ini dituangkan dalam bentuk surat terbuka yang ditujukan untuk menggugah kesadaran Gubernur DKI Jakarta tentang problem warga miskin kota, urbaan poor workers, atau PMKS dalam istilah Perda DKI Jakarta [yg menjabat waktu itu saat tulisan ini dirilis, tahun 2004, adalah Sutiyoso]
Semoga tulisan ini menggugah compassion kita.
Tabik!
Hendar Putranto
Sebuah catatan ringan dan tanggapan kikir (1700an kata saja) untuk paparan Dr. Bastian Nainggolan dalam Sidang Terbuka Promosi Doktoral Ilmu Komunikasi, Kamis, 9 Juli 2020.
Selamat bang Bestian atas pencapaian tertinggi (formil keilmuan) menjadi Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia.
Membanggakan!
Selamat mengemban amanah yg terlahir dengan sematan baru ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan mencerahkan.
Tabik!
Hendar
Penyelenggara: Pusat Pengembangan Etika Universitas Atmajaya Jakarta
Topik Pembahasan: Kepemimpinan, Komunikasi, dan Kesehatan di era Pandemi COVID-19
Waktu: Rabu, 8 Juli 2020, pukul 19.21.10 WIB
Aplikasi: ZOOM Virtual Meeting
MC = ibu Dorien Kartikawangi, Kaprodi Ilmu Komunikasi Atmajaya
Moderator = bang Yeremias Jena, PPE Atmajaya
Pembicara pertama:
dokter Sintak: Fenomenologi Kebingungan, bukan hanya Anda dan saya yang bingung ttg Covid-19 ini; pemerintah bingung; gugus tugas bingung; para dokter dan tenaga medis pun bingung krn hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, terutama terkait dengan bagaimana mengidentifikasi (dan lalu melindungi diri dari potensi penularan karena) orang tanpa gejala atau asimtomatik dan penelitian terkini yang diusung ratusan peneliti (dan sedang diajukan agar WHO mau merevisi pandangannya) yaitu bahwa virus Covid-19 dapat menular lewat udara (airborne).
Pembicara kedua:
Eri Seda: pasca-Pandemi Covid-19 ini, yg terjadi bukan hanya normal baru, tapi masyarakat baru, dikarenakan adanya perubahan sosial yg dipaksakan dgn protokol kesehatan, social/physical distancing, digitalisasi komunikasi (lewat virtual meeting, dll), Revolusi Industri 4.0.
Pembicara terakhir:
Prof. Alois: saat Pandemi ini, kita perlu juga melihat secara cermat soal citizen journalism, yg tdk dapat dipisahkan dgn tingkat literasi, dan macam2 aspek lainnya. Hoax, meskipun deceptive tapi humorous.
Postingan hoaks terkait Pandemi sejak 16 Maret – 7 Juli 2020, ada 351 hoaks.
7 jenis hoaks sbg mis-disinformasi di masa Pandemi (sumber: Covid19.co.id):
1) satire atau parodi
2) konten menyesatkan: benarkah COVID ada?
3) konten tiruan: foto persebaran Corona dikatakan “Welcome back” Zona hitam Bogor (padahal tdk ada itu Zona hitam)
4) konten palsu: 1000 santri tdk sadarkan diri setelah tes Covid-19
5) konten yg salah: Kementan produksi massal kalung anti Covid-19
6) konteks yg salah: dokter gigi di surabaya yg telanjang krn stress suami dan anaknya mati krn Covid-19. (klaim konteks yg salah, suami dan anaknya sehat dan berada di rumah)
7) konten yg dimanipulasi: pernyataan Gubernur Jateng yg dipelintir
6 cara identifikasi hoax:
1. waspadai judul provokatif
2. cermati alamat situs
3. sumber berita siapa
4. periksa foto
5. kalau temukan, laporkan ke aduankonten@mail.kominfo.go.id
6. ikuti grup diskusi anti hoax spt turnbackhoax.co.id
Pertanyaan Hendar:
Salah satu konsep dari social theory yang cukup banyak dibahas selama beberapa dekade terakhir ini adalah agency. Persoalannya bukan hanya human agency seperti dibahas sosiologi Giddens, dll., tapi juga sejak Latour dkk di era awal 1980-an menggagas munculnya non-human agency sbg objek kajian Sosiologi, konsep antropomorfis dalam ilmu2 dan teori2 sosial mulai dipertanyakan. Melihat kemunculan dan dampak hebat yg disebabkan Covid-19 ini benar2 luar biasa dan ini diakibatkan ulah virus (yg dari zaman ke zaman hidup manusia selalu ada mulai dari Cacar, Polio, SARS, Ebola, HIV, Flu sampai Covid sekarang ini): Apakah kajian sosiologi, filsafat dan etika sekarang dapat dikembangkan ke arah kajian non-human agency seperti keberadaan virus ini?
Sesi Webinar ini bertujuan untuk berbagi analisis tentang Penggunaan Data Media Sosial untuk Kepentingan Politik. Sayangnya, terminologi kepentingan politik di sini terlalu sempit didefinisikan pada politik praktis elektoral yaitu soal Pilkada dan Pemilu, entah yang sudah berlalu (2012, 2014, 2019) maupun yg akan datang (2020, 2024), bukan Teori2 Politik atau Politik Normatif, juga bukan Etika Politik ataupun Politik Internasional/Global. Itulah sebabnya saya bertanya ttg concern Etika (berMedSos) dalam sesi Webinar ini karena meskipun aspek Etika ini banyak diandaikan dan diharapkan (untuk dilakukan para penggiat MedSos, entah Buzzer atau Users, atau politisi), tapi aspek ini hampir tidak diulas secara mendetil oleh para pembicara.
Semoga kontribusi saya dapat berterima untuk memperkaya khazanah peserta Webinar tadi (iya kaleeee klo diperhatiin … hehe)
Berikut sejumlah screenshot materinya juga sesi tanya jawab (chats) yang berhasil saya catat.
Tabik!