Keywords:
Computer Ethics
Information Ethics
Informational Privacy
Daftar Pertanyaan yg mungkin ditanyain sama Audiens pas sesi IGLive bersama mas Verdy, 1 Juli 2020
Jawaban singkat:
1. Gmn sih ceritanya Hendar kok Anda bs tertarik mengulas kedua pemikir ini? Tolong di-share-kan
yg FLORIDI: (1) awalnya: pas lg nyusun rancangan proposal buat masuk Program Doktoral UI (Agustus 2019); (2) diperdalam: pas lg nyusun paper UTS dan UAS Seminar Filsafat dan Etika Komunikasi (November-Desember 2019); (3) diperdalam lg pas nyusun paper UTS dan UAS Seminar Proposal Disertasi (Mei 2020);
yg TAVANI: baru2 ini aja, sekitar bulan Mei-Juni 2020 pas lg baca2 topik seputar Etika Komputer dan isu Privasi di Era Informasi
2. Siapa tuh Tavani? Floridi?
Dosen dan peneliti, Editor Jurnal; juga penulis artikel + buku yg produktif (masing2 sdh menghasilkan lebih dari 100 tulisan yg terpublikasi di jurnal/Proceeding/Ensiklopedia dan buku/bookChapter);
Minat riset mereka kebetulan sama yaitu membahas isu2 Etika, khususnya utk kajian Computer Ethics dan Information Ethics.
3. Emang Tavani sama Floridi udah nulis apa aja?
Udah banyak banget, lihat di slides terpisah
4. Dari mana sih asalnya dua orang ini? Amrik? Inggris?
Tavani lahir di Amerika Serikat dan sampai sekarang tinggal di sana; Floridi lahir di Italia, lalu pindah ke Inggris dan menetap di Oxford
5. Siapa duluan yg terkenal? (Jawab: Floridi). Kok bs Floridi bs “lebih” terkenal daripada Tavani? Apa buktinya?
Kalau secara kronologi sih Tavani dulu yah, karena sudah sejak awal 1990-an beliau menulis soal isu2 Etika Komputer dan Cyberethics;
Setelah tahun 2000-an, Floridi yg lebih naik daun, apalagi setelah ia menerbitkan Magnum Opusnya, The Philosophy of Information (2011), The Ethics of Information (2013), dan The Logic of Information (2019).
Selain itu, sudah ada dua buku yg didedikasikan utk membahas impact pemikiran Floridi, yg satu 2011 (Editor: Dimhi), yg satunya 2013 (Editor Patrick Allo), dan satu edisi khusus Special Issue Jurnal Metaphilosophy yg membahas aspek2 pemikiran Floridi (2010);
Sementara, utk Tavani, belum ada baik buku yg disunting maupun special issue jurnal yg didedikasikan utk membahas pandangannya
6. Clash point mereka ada pada topik bahasan apa?
(1) Informational Privacy (2008-2010)
(2) Artificial Moral Agent (AMA) dan Distributed Morality (2013-2018)
Kutipan transkrip dari Video part 1:
V: kesempatan hari ini mungkin … nggak tahu ini topiknya ringan atau berat mas Hendar?
H: kita bawa ringan aja mas Verdy (smile)
V: iya iya, saya baru pertama ini membuat topik (di IG Live) ada pemikiran gitu, biasanya santai2 ini kuliah atau apa gitu lho jadi makanya, sepertinya kalau tidak ikut kelas ini tidak lulus SKS sepertinya, gitu lho. Makanya saya harus wajib hadir utk memenuhi syarat 80% kehadiran.
H: ya, nanti kita cek daftar hadirnya ini
menit 26-27
H: tapi intinya Google comply with the rules (GDRP #salah sebut, seharusnya GDPR = General Data Protection Regulation) karena itu sifatnya aturan yang mengikat se-Uni Eropa. Nah saya juga membayangkan apakah nanti, salah satunya, jika RUU Perlindungan Data Pribadi yg sekarangsedang dibahas DPR ini nanti jadi, misalnya, apakah salah satu pasalnya nanti memasukkan the rights to be forgotten ini? Itu juga poin yg menarik, karena kan Google juga beroperasi di Indonesia. Jadi misalnya contoh ada beberapa kasus di mana ada penyebaran data pribadi yang sifatnya damaging the reputation, entah itu politisi, entah itu artis selebritis, mungkin mereka bisa saja meminta kepada Google utk tidak memasukkan nama (mereka) itu ke dalam mesin pencari. Ya contoh ada kasus skandal lah, entah itu skandal seks, skandal politik, ada skandal hukum gitu ya. Tetapi juga di sisi yang lain, ada yg kita sebut yang sudah jadi UU, Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), nah (persoalannya) bagaimana publik juga boleh mengetahui rekam jejak kandidat pejabat publik dalam, misalnya Pilkada 2020 ini.