Categories
Uncategorized

[film review] Santosh (2024): an uphill battle for gender justice in caste-based society

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/9/9a/Santosh_%282024_film%29.jpg

Film Santosh (2024) adalah sebuah karya yang menggugah, mengisahkan perjalanan seorang polisi bernama Santosh Saini yang berjuang untuk menegakkan keadilan di tengah sistem yang korup dan penuh tantangan. Dalam film ini, penonton diajak untuk menyelami konflik moral yang dihadapi oleh Santosh, serta dampak dari tindakan dan keputusan yang diambilnya dalam pencarian kebenaran.

Alur dan Plot
Cerita dimulai dengan pengenalan Santosh Saini, seorang polisi yang baru saja kehilangan suaminya, seorang polisi yang terbunuh dalam kerusuhan Hindu-Muslim di Nehrat. Kematian suaminya bukan hanya meninggalkan luka mendalam, tetapi juga memberikan Santosh kesempatan untuk mewarisi posisinya sebagai polisi melalui kebijakan “compassionate appointment” di India, yang memungkinkan pasangan yang ditinggalkan untuk mengambil alih pekerjaan pegawai pemerintah yang telah meninggal.

Ketika Santosh berusaha menyesuaikan diri dengan perannya yang baru, dia terlibat dalam kasus hilangnya seorang gadis muda bernama Devika, putri seorang pria Dalit. Ketika Santosh mencoba membantu ayah Devika, dia menyadari betapa korupnya sistem yang dia layani. Atas permintaan ayah Devika, Santosh berusaha untuk mengajukan laporan resmi, tetapi atasannya meremehkan situasi tersebut dan menyuruhnya untuk membawa surat pengaduan. Keesokan harinya, tubuh Devika ditemukan di sebuah sumur, yang memicu kemarahan dan protes dari komunitas Dalit.

Protes ini menjadi titik balik bagi Santosh, yang mulai menyadari bahwa dia tidak hanya berjuang untuk keadilan bagi Devika, tetapi juga melawan sistem yang menindas dan merendahkan masyarakat yang terpinggirkan. Alur cerita semakin menegangkan ketika Santosh harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk ancaman terhadap keselamatannya dan tekanan dari atasan yang lebih memilih untuk menutup-nutupi kasus tersebut demi kepentingan pribadi.

Puncak dari cerita ini terjadi ketika Santosh harus membuat keputusan sulit yang akan menentukan nasibnya dan keadilan bagi Devika. Dalam momen-momen ini, penonton dapat merasakan ketegangan dan dilema moral yang dihadapi oleh Santosh, yang mencerminkan realitas banyak individu yang berjuang untuk keadilan di dunia yang tidak adil.

Karakter
Karakter utama dalam film ini adalah Santosh Saini, yang diperankan dengan sangat baik oleh aktor utama. Santosh digambarkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan penuh tekad. Dia memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya sebagai polisi, tetapi juga menghadapi dilema moral yang membuatnya mempertanyakan metode dan pendekatannya dalam menegakkan keadilan.

Santosh Saini: Karakter ini adalah representasi dari perjuangan individu melawan sistem yang korup. Dia tidak hanya berjuang untuk mengungkap kebenaran tentang kematian Devika, tetapi juga berusaha untuk menjaga integritasnya di tengah tekanan yang ada. Santosh adalah simbol harapan bagi mereka yang merasa terpinggirkan dan tidak memiliki suara. Perjuangannya untuk keadilan menjadi lebih personal setelah kehilangan suaminya, yang menambah lapisan emosional pada karakternya.

Devika: Sebagai gadis muda yang menjadi korban, Devika mewakili suara yang terabaikan dan perjuangan untuk keadilan. Kematian Devika menjadi pemicu bagi Santosh untuk berjuang lebih keras dalam pencariannya akan kebenaran. Kehadirannya dalam cerita, meskipun terbatas, memberikan dampak yang besar dan menggugah kesadaran akan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Dalit.

Ayah Devika: Karakter ini mencerminkan kesedihan dan kemarahan yang dirasakan oleh komunitas Dalit. Dia berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi putrinya dan menjadi simbol dari perjuangan masyarakat yang terpinggirkan. Protes yang dilakukan oleh ayah Devika dan komunitasnya menunjukkan kekuatan kolektif dalam menghadapi ketidakadilan.

Sharma: Atasan Santosh yang korup, yang mewakili sistem yang menindas. Karakter ini menciptakan ketegangan dalam cerita, karena dia berusaha untuk menghalangi Santosh dalam pencariannya. Sharma adalah simbol dari kekuasaan yang menyalahgunakan posisi untuk kepentingan pribadi.

Pesan Umum
Film Santosh menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya keadilan dan integritas dalam menghadapi sistem yang korup. Melalui perjalanan Santosh, penonton diajak untuk merenungkan tantangan yang dihadapi oleh individu yang berjuang untuk kebenaran. Film ini menunjukkan bahwa meskipun ada banyak rintangan dan ancaman, keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan adalah langkah pertama menuju perubahan.

Pesan lain yang dapat diambil dari film ini adalah pentingnya solidaritas dan dukungan dari komunitas. Santosh tidak berjuang sendirian; dia didukung oleh rekan-rekannya dan masyarakat yang percaya pada keadilan. Ini menunjukkan bahwa perubahan sosial yang signifikan sering kali memerlukan kolaborasi dan dukungan dari banyak pihak.

Secara keseluruhan, Santosh adalah film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang isu-isu sosial yang relevan. Dengan alur yang menegangkan, karakter yang kuat, dan pesan yang menggugah, film ini berhasil menyampaikan pentingnya keadilan dan integritas dalam dunia yang sering kali tidak adil.

Semanticise symbolism in the film:

Simbolisasi Perjuangan Santosh Saini dalam Film Santosh (2024)

Film Santosh (2024) adalah sebuah narasi mendalam tentang perjuangan melawan ketidakadilan sistemik dan korupsi institusional yang mengakar kuat dalam masyarakat. Melalui karakter utamanya, Constable Santosh Saini, film ini mengeksplorasi bagaimana individu dapat menjadi korban maupun pelaku dalam sistem yang penuh manipulasi, kekerasan, dan hierarki sosial yang tidak adil. Dengan menggunakan simbolisme yang kaya, film ini berhasil menggambarkan perjalanan moral, emosional, serta spiritual Santosh dalam mencari keadilan di tengah dunia yang sering kali memadamkan suara-suara yang berani menentang status quo.

Ketidakadilan Sistemik dan Aktivisme Devika

Salah satu simbol utama dalam film ini adalah sumur yang ditemukan penuh dengan bangkai hewan—tempat jasad Devika, seorang remaja berusia 15 tahun, akhirnya ditemukan. Sumur tersebut bukan hanya tempat pembuangan fisik, tetapi juga metafora bagi marginasasi komunitas Dalit dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh elit berkuasa. Devika, yang kemungkinan besar merupakan aktivis lingkungan meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, menjadi simbol perlawanan terhadap hegemoni sosial dan eksploitasi sumber daya alam. Keterlibatannya dalam mengungkap praktik ilegal ini membuatnya menjadi ancaman bagi mereka yang ingin mempertahankan kekuasaan mereka. Pembunuhan Devika oleh sepupu Prajdhana-ji dan teman-temannya mencerminkan bagaimana suara-suara kritis sering kali dibungkam demi menjaga stabilitas struktur dominan.

Devika sendiri merepresentasikan keberanian generasi muda yang peduli akan keadilan sosial dan lingkungan. Namun, kematian tragisnya juga menunjukkan betapa rapuhnya posisi mereka yang berusaha melawan sistem tanpa perlindungan atau kekuatan. Penemuan buku catatan atau barang-barang milik Devika oleh Santosh semakin memperkuat gagasan bahwa Devika sedang menyelidiki isu-isu penting seperti polusi dan diskriminasi kasta. Ia menjadi korban dari sistem yang tidak hanya merendahkan manusia tetapi juga merusak bumi.

Korupsi Institusional dalam Kepolisian

Sebagai anggota kepolisian, Santosh Saini berada pada posisi unik: dia adalah bagian dari lembaga yang seharusnya menegakkan hukum, tetapi malah terlibat dalam mekanisme korupsi yang mendukung elit berkuasa. Salah satu momen paling signifikan dalam film ini adalah interogasi brutal terhadap Saleem, seorang tersangka tak bersalah yang akhirnya meninggal karena bunuh diri setelah disiksa oleh Santosh. Tindakan ini, meskipun dilakukan dengan niat untuk memecahkan kasus Devika, mencerminkan bagaimana tekanan sistemik dapat memaksa bahkan orang baik melakukan hal-hal buruk. Siksaan terhadap Saleem menjadi simbol bagaimana kekerasan negara digunakan untuk melindungi kepentingan tertentu, sementara korban-korbannya dibiarkan tanpa suara.

Hubungan antara Santosh dan Senior Officer Sharma juga memperlihatkan kompleksitas korupsi institusional. Sharma, yang awalnya tampak sebagai mentor penyayang, ternyata memiliki agenda terselubung. Gestur “mencubit hidung” Santosh dan memberinya jimat kecil bisa diartikan sebagai bentuk kontrol halus atas kesetiaan Santosh kepada sistem. Jimat tersebut, yang akhirnya diberikan Santosh kepada seorang gadis kecil penjual biskuit di kereta api menuju Mumbai, melambangkan upaya Santosh untuk melepaskan diri dari jeratan korupsi itu. Dengan memberikan jimat tersebut, ia seolah-olah menolak warisan moral buruk yang diwariskan oleh institusi tempat ia bekerja.

Pencarian Keadilan dan Harapan Baru

Perjalanan Santosh mencapai puncaknya ketika ia memutuskan untuk meninggalkan kepolisian dan memulai hidup baru di Mumbai. Keputusan ini bukan sekadar langkah karier, tetapi simbol transformasi personal yang mendalam. Kota Mumbai, yang dikenal sebagai pusat dinamisme dan peluang, menjadi representasi harapan baru bagi Santosh—sebuah tempat di mana ia bisa mendefinisikan ulang identitasnya tanpa terikat pada masa lalu yang penuh dosa. Sebelum pergi, ia mengembalikan anting-anting Devika kepada keluarganya saat mereka tidur. Tindakan ini melambangkan usaha terakhirnya untuk memperbaiki kesalahan dan mengembalikan martabat kepada korban ketidakadilan.

Pengembalian anting-anting juga bisa dilihat sebagai permohonan ampunan atas tindakan-tindakan salah yang telah ia lakukan selama penyelidikan, termasuk penyiksaan terhadap Saleem. Meskipun Santosh berhasil membongkar kebenaran tentang pembunuhan Devika, cara ia mencapai tujuan tersebut meninggalkan bekas luka moral yang sulit disembuhkan. Dengan meninggalkan semua atribut lamanya, termasuk jimat dari Sharma, Santosh menandai babak baru dalam hidupnya: sebuah perjalanan menuju pembebasan diri dari belenggu sistem yang korup.

Kesimpulan

Film Santosh (2024) menggunakan simbolisme secara brilian untuk menggambarkan perjuangan melawan ketidakadilan sistemik dan korupsi institusional. Melalui karakter Santosh Saini, penonton diajak merenungkan dilema moral yang dihadapi individu ketika berada dalam sistem yang tidak adil. Dari sumur yang menjadi wadah kejahatan hingga jimat yang dilepaskan di kereta api, setiap unsur visual dalam film ini membawa makna mendalam tentang keadilan, pengorbanan, dan harapan. Pada akhirnya, cerita Santosh adalah tentang seorang wanita yang belajar untuk bertahan hidup dengan integritas, bahkan jika itu berarti meninggalkan segala sesuatu yang pernah ia kenal.

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *