Dalam salah satu bagian disertasi saya, tersebutlah pokok yang menyatakan bahwa pembentukan sikap alamiah, fenomenologis dan etis yang saya teliti terkait erat dengan kemampuan (partisipan) membuat analogi dan berpikir secara metaforis. Ternyata, jauh sebelum temuan penelitian saya ini, sudah ada ahli yang meneliti secara serius dan menuliskannya.
Berikut resume dari buku yang ditulis dengan sangat menarik yang membahas tentang analogi dan metafor tersebut.
Ringkasan Buku “Surfaces and Essences: Analogy as the Fuel and Fire of Thinking” karya Douglas Hofstadter dan Emmanuel Sander (Basic Books, 2013)
Image source: http://bit.ly/42aOJlE
Daftar isi dari buku tersebut:
Prologue Analogy as the Core of Cognition 3
Chapter 1 The Evocation of Words 33
Chapter 2 The Evocation of Phrases 85
Chapter 3 A Vast Ocean of Invisible Analogies 135
Chapter 4 Abstraction and Inter-category Sliding 185
Chapter 5 How Analogies Manipulate Us 257
Chapter 6 How We Manipulate Analogies 317
Chapter 7 Naïve Analogies 385
Chapter 8 Analogies that Shook the World 437
Epilogue Katy and Anna Debate the Core of Cognition 503
Buku “Surfaces and Essences” karya Douglas Hofstadter dan Emmanuel Sander mengupas tuntas bagaimana otak manusia bekerja, khususnya dalam hal pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan penciptaan ide. Inti dari buku ini adalah bahwa semua proses berpikir manusia berakar pada analogi. Tanpa analogi, tidak ada konsep, dan tanpa konsep, tidak ada pemikiran. Analogi memungkinkan pikiran kita menghubungkan pengalaman masa lalu dengan yang baru, membentuk cara kita mengkategorikan, menginterpretasikan, dan berinteraksi dengan dunia.
Definisi dan Kompleksitas Kata
Buku ini memulai dengan menjelaskan kompleksitas kata-kata yang tampaknya sederhana. Misalnya, kata “band” memiliki banyak makna, mulai dari cincin pernikahan hingga kelompok musik. Begitu juga dengan kata “kursi,” yang bisa merujuk pada berbagai bentuk dan fungsi. Hal ini menunjukkan bahwa pikiran kita tidak menyimpan kata-kata secara terpisah, melainkan melalui koneksi dengan konsep-konsep lain. Proses ini dimulai sejak dini dalam kehidupan, di mana anak-anak belajar mengkategorikan dunia di sekitar mereka melalui analogi.
Kategori dan Fleksibilitas Konsep
Ketika kita belajar sebuah kata, kita sebenarnya sedang menciptakan kategori dalam pikiran kita. Kategori ini tidak kaku; mereka berkembang seiring dengan pengalaman baru. Misalnya, kata “pegolf” tidak hanya merujuk pada satu jenis orang atau gender. Pikiran kita membentuk kluster koneksi, di mana beberapa konsep terasa lebih sentral daripada yang lain. Fleksibilitas ini memungkinkan kita untuk terus belajar dan beradaptasi, yang pada gilirannya mendorong kreativitas dan pertumbuhan manusia.
Metafora dan Bahasa
Metafora, yang sering dianggap sebagai alat puitis, juga merupakan bentuk analogi yang mendasar dalam cara kita berpikir dan berkomunikasi. Kita sering berbicara tentang waktu dalam istilah “ruang,” kehidupan sebagai “perjalanan,” dan emosi sebagai “tinggi” dan “rendah.” Banyak metafora ini begitu umum sehingga kita tidak menyadari bahwa kita menggunakannya. Evolusi bahasa melalui metafora dan analogi adalah bagian dari proses berkelanjutan dalam memperhalus dunia konseptual kita.
Mengenali Pola dalam Bahasa
Bahasa diproses sebagai pola yang melibatkan analogi, bukan sebagai bagian-bagian individual. Setiap kata baru, istilah, atau frasa mencerminkan usaha kita untuk mengkategorikan dan menghubungkan makna. Idiom dan peribahasa berfungsi sebagai alat budaya yang membantu kita memahami situasi dengan cara yang analogis. Meskipun bahasa bervariasi di seluruh budaya, banyak idiom tidak dapat diterjemahkan secara langsung, menunjukkan betapa dalamnya hubungan antara bahasa dan analogi.
Kecerdasan dan Pertumbuhan Konseptual
Pertumbuhan dalam kemampuan kita untuk berpikir konseptual terkait erat dengan kecerdasan. Fenomena yang dikenal sebagai Flynn Effect menunjukkan bahwa skor IQ meningkat dari generasi ke generasi, bukan karena kita lebih pintar secara inheren, tetapi karena kita berdiri di atas pengetahuan budaya yang terakumulasi. Kemampuan kita untuk mengenali pola dan membuat analogi dengan cepat adalah inti dari kecerdasan.
Analogi dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak analogi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari bersifat halus dan otomatis. Ketika kita merespons cerita seseorang dengan ungkapan “Saya juga!” kita membuat koneksi (antara cerita orang tersebut) dengan pengalaman kita sendiri. Kemampuan untuk membuat analogi kecil ini sangat penting untuk berpikir. Setiap pemikiran, besar atau kecil, bergantung pada analogi yang didasarkan pada kategori yang kita kenal.
Kreativitas dan Pemikiran Abstrak
Pemikiran kreatif juga dibentuk oleh analogi yang kita buat. Semakin abstrak kita dapat menghubungkan konsep, semakin menarik ide yang dapat kita hasilkan. Para ahli tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga keterampilan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk membuat analogi yang menghubungkan kategori dan menerapkannya pada berbagai tingkat abstraksi.
Analogi yang Naif dan Pembelajaran
Salah satu kategori analogi yang menarik adalah analogi naif, yang sering muncul dalam konteks teknologi. Misalnya, ketika kita menggunakan istilah seperti “mengirim email” yang dihubungkan dengan “alamat pos,” kita menggunakan analogi untuk memahami konsep baru. Pembelajaran melalui analogi sangat mendalam, bahkan dalam bidang yang tampaknya logis seperti matematika dan sains.
Kesimpulan
Kesimpulan dari buku ini adalah bahwa analogi yang kompleks mendorong pemikiran kita, mulai dari pengenalan objek sehari-hari hingga penemuan ilmiah yang revolusioner. Kategori yang kita buat tidaklah tetap; mereka berubah berdasarkan konteks dan terhubung dengan cara yang tak terduga. Menjelajahi hubungan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia. Pada akhirnya, kecerdasan sangat bergantung pada seberapa cepat dan akurat kita memahami esensi sesuatu melalui analogi. Buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kita berpikir dan belajar, serta pentingnya analogi dalam proses tersebut. Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini, kita dapat memperluas cara kita berinteraksi dengan dunia dan meningkatkan kemampuan berpikir kita.