Dalam tulisannya, Muntaner (2018) mengatakan bahwa kapitalisme platform dijital, seperti tampak contohnya dalam perusahaan Über atau Lyft, berpotensi mengubah pekerjaan dan kondisi kerja bagi segmen lapangan kerja tertentu yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya.
Para pekerja yang ‘mencangkul’ di ladang dijital ini terpapar sejumlah kondisi pekerjaan yang sifatnya rentan sekaligus merusak kesehatan, yang menjadi ciri khas dari klas pekerja di negara-negara dengan penghasilan tinggi.
Sejalan dengan gagasan ‘precariat’ dari Guy Standing atau Mike Savage, tampaknya para pekerja platform dijital membentuk klas sosial yang baru yang tidak terafiliasi dengan klas-klas sosial yang sudah ada sebelumnya.
Meskipun dianggap sebagai klas sosial baru, namun gesekan-gesekan kepentingan dari suatu klas sosial seperti besaran upah, aneka ragam manfaat pekerjaan (seperti tunjangan kesehatan, dan lainnya), kondisi-kondisi perekrutan tenaga kerja dan dalam melakukan pekerjaan itu sendiri, juga tindakan kolektif, dari para pekerja platform dijital relatif sama dengan klas pekerja yang sudah ada sebelumnya.
Pertanyaan kritisnya:
Bagaimana memperbaiki kondisi-kondisi pekerjaan bagi klas pekerja platform dijital ini sehingga mereka tidak menjadi korban sistemik kapitalisme platform dijital yang tidak kenal ampun secara terus-menerus?
Referensi
Muntaner, C. (2018). Digital Platforms, Gig Economy, Precarious Employment, and the Invisible Hand of Social Class. International Journal of Health Services, 48(4), h. 597–600. DOI: 10.1177/0020731418801413