Categories
Uncategorized

[Fenomenologi Sosial Alfred Schütz] Asumsi-asumsi Naif yang membahayakan Aktualitas Penelitian

Dikutip dari Schutz, A. (2013). Collected Papers IV. Springer, h. xyz.
Terjemahan oleh Hendar Putranto

Sebagai manusia, baik dalam konteks hidup sehari-hari maupun dalam konteks pekerjaan ilmiah yang kita lakukan, kita memiliki kecenderungan untuk berasumsi secara naif, artinya, apa yang pernah kita anggap benar sekarang akan kita anggap valid terus sampai besok-besok dan apa yang kita terima tanpa mempertanyakan di masa lalu, tidak akan kita pertanyakan lagi di masa depan. Sebenarnya hal ini lumrah saja, tidak membahayakan, asalkan yang kita asumsikan secara naif tersebut memiliki sifat yang murni logis, atau pernyataan empiris yang memiliki kadar generalisasi yang tinggi, meskipun juga tidak menutup kemungkinan bahwa proposisi-proposisi semacam ini pun memiliki ruang keterbatasan penerapannya juga.

Pada sisi yang lain, yang biasa kita sebut ‘level yang konkrit,’ kita terpaksa mengakui adanya sejumlah anggapan tanpa mempertanyakan mereka. Bahkan dalam riset aktual yang kita kerjakan, tidak jarang kita mengandaikan sejumlah pra-anggapan yang tidak dipertanyakan yang dalam bayangan kita dianggap sudah jelas menghubungkan sejumlah persoalan dan aspek-aspek yang mau diteliti.

Melompat dari sisi yang satu ke sisi yang lain berarti mempertanyakan apa yang tadinya sudah kita andaikan dan dianggap jelas dengan sendirinya, yang tadinya kita anggap hal terberi (given datum) bagi persoalan kita, sekarang menjadi problematis.

Dengan pergeseran sudut pandang kita, problem-problem baru dan aspek-aspek faktual mentas sementara yang lainnya menghilang meskipun tadinya mereka ada di jantung persoalan kita. Fakta ini saja sudah mencukupi untuk kita mulai melakukan modifikasi menyeluruh atas makna dari semua terma yang tadinya kita gunakan pada level (penelitian) sebelumnya.

Karenanya, kita perlu berhati-hati sekali mengendalikan modifikasi-modifikasi makna tersebut agar terhindar dari bahaya memindahkan begitu saja secara naif terma-terma dan proposisi-proposisi dari level yang satu ke level yang lain meskipun validitas terma dan proposisi sebelumnya itu secara relatif terbatas pada level yang ada sebelumnya juga anggapan-anggapan yang mengikutinya.

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *