ada 3 hal yang menarik perhatian saya dari Webinar (berbayar) yg saya ikuti malam ini.
1. Jumlah artikel ilmiah dan artikel Proceeding terindeks Scopus yang dihasilkan para ilmuwan Indonesia akhirnya untuk pertama kalinya melampaui negara-negara tetangga Se-ASEAN, terutama “musuh bebuyutan” selama ini yaitu Malaysia. Dari segi kuantitas, ini prestasi yg pantas diacungi jempol (two thumbs up). DIKTI sdh berupaya keras menggenjot produktivitas para peneliti yang didanai HIBAH untuk mengirimkan (submit) paper original research report mereka ke jurnal2 bereputasi internasional, terutama yang terindeks Scopus dan Web of Science. Terimakasih banyak kepada Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc. Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat DIKTI, yang sudah dengan intensif menyosialisasikan kebijakan-kebijakan DIKTI terkait publikasi hasil riset serta pencapaian2 positif yang sudah kami rasakan.
#prideofnation #research&dev @researchgrant
2. Untuk sitasi, masih perlu ditingkatkan lagi jumlahnya supaya kualitas keterbacaan dan impact dari tulisan2 yg sdh terpublikasi di jurnal2 bereputasi internasional tersebut dapat menjadi rujukan utk pengembangan riset2 berikutnya dan syukur2 menjadi salah satu sumber rujukan bagi pejabat pemerintah negara2 utk pengambilan keputusan (kebijakan) di tingkat nasional, regional maupun internasional (research-based policies)
#researchbasedpolicy
3. Jangan lupa, seperti diingatkan Prof. Julian dalam paparannya, “the best way to write a good paper is to read plenty of good papers.” Saran Prof. Julian ini sudah saya lakukan sejak kuliah S2 dulu (start tahun 2005) dan dengan konsisten masih terus saya lakukan sampai sekarang. Syukur Alhamdullilah, ada hasilnya yang menggembirakan..hehe… Adapun yg masih sulit saya lakukan dari sejumlah tips dan saran dari Prof. Julian adalah “Less can be more: shorter paper can be a lot more impactful + think about whether you have been too wordy.” Self-assessment yang saya lakukan, saya cenderung too wordy dan cenderung menulis paper yang lebih panjang daripada ukuran standar “15-20 halaman” untuk tulisan ke jurnal. Mungkin dengan belajar membuat review dari paper2 yg saya baca, saya dapat lebih melatih diri untuk menulis paper dengan lebih ringkas tapi more impactful. Semoga.
Sekali lagi, terimakasih Prof. Julian Griffin sebagai Narasumber Kunci, Dr. Sastia Prama Putri*) sebagai Moderator dan DIKTI berkolaborasi dengan ForTI.
*) Tentang profil ilmuwan perempuan dengan prestasi yang luar biasa mengagumkan, berikut kutipan kisah hidup Dr. Sastia Prama Putri yang sangat inspiratif, yang sebagiannya saya kutip dari sumber kredibel berikut ini: https://www.itb.ac.id/news/5213.xhtml [“Kiprah Dr. Sastia Prama Putri: Dosen Luar Biasa ITB, Peneliti Aplikasi Metabolomik” ditulis oleh Mega Liani Putri; Sabtu, 18 Juni 2016, 14:03:43 WIB]
[start quote] Dr. Sastia memiliki kiat khusus dalam mengatur waktunya, menyeimbangkan karir dan urusan keluarga. “Saya punya annual target, monthly target, weekly target dan daily target dan saya bagi tugas berdasarkan skala prioritas dan atur timeline pekerjaan saya. Setiap hari saya pasti meluangkan waktu untuk keluarga di rumah, makan malam pasti bersama-sama dan bermain bersama anak saya sampai dia tidur baru saya melanjutkan pekerjaan saya lagi,” ungkapnya. “Saya selalu ingat kata-kata bapak saya apapun profesi yang saya pilih, saya harus jadi orang yang berguna. Saya melihat profesi dosen dan peneliti itu bisa berguna untuk orang banyak,” Dr. Sastia bercerita, “Membagi ilmu sebagai dosen dan memanfaatkan ilmu sebagai peneliti membuat saya terus menemukan hal hal yang baru dan hidup jadi tidak membosankan. Saya senang mengulik misteri kehidupan dan setiap discovery yang saya temukan lewat dunia riset menurut saya sangat menyenangkan.” Sebagai seorang dosen, Dr. Sastia memiliki misi untuk memotivasi mahasiswa dan generasi muda Indonesia untuk tidak melupakan riset. “Bumi Indonesia sangat kaya jadi saya harap generasi muda Indonesia lebih banyak lagi termotivasi untuk menggali potensi alam kita dan mengembangkan industri tanah air dimanapun berada,” pesannya. [end of quote]
Salam!
Hendar