Sumber repro gambar:
https://artsandculture.google.com/asset/zwei-angekettete-affen/WAHc3JWW3F7kQA?hl=en-GB
“Bruegel’s Two Monkeys”
sebuah puisi karya Wislawa Szymborska (1957)
yg terinspirasi lukisan “Two Chained Monkeys” karya Pieter Bruegel the Elder (1562)
“Inilah yang kulihat dalam mimpiku tentang ujian akhir:
Dua ekor monyet, dirantai ke lantai,
duduk di selasar jendela,
Langit di belakang mereka meningkah lincah
dan segara sedang mandi.
Mata Ujiannya adalah Sejarah Umat Manusia.
Aku tergagap dan mengelak.
Seekor monyet menatap tajam dan mendengarkan dengan pandang mengejek,
Yang lainnya tampak sedang melamun,
Namun ketika sudah menjadi jelas aku tak tahu apa yang harus kukatakan
Ia menyenggolku dengan lembut ditingkahi bunyi dencing rantainya.”
Pesan: Dalam setting sebuah lembaga pengetahuan & ujian akhir semester, si tokoh gagal menjawab sebuah pertanyaan besar ttg sejarah manusia, namun ia berhasil mendapatkan “contekan jawaban” dari salah satu dari dua ekor kera yg dirantai. Satir atas kebebasan yang terbelenggu dan paradoks ketidaktahuan ternyata tidak melulu antropomorfis melainkan primatologis. Siapa memerdekakan siapa? Sungguh Ironis!
Rujukan:
Blazina, J. (2001). Szymborska’s Two Monkeys: The Stammering Poet and the Chain of Signs. The Modern Language Review, 96(1), 130-139. https://doi.org/10.2307/3735721
Putranto, H. (2010). Mencari, Menemukan, dan Mengomunikasikan Nilai-nilai Bermain dalam Konteks
Pendidikan. Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 52-63. Retrieved from
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/FIKOM/article/view/406