Topik di atas disampaikan oleh Hendar Putranto [Ph. D. (Cand.) dalam Program Doktoral Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia]
dalam ajang Directions & Destinations Research Symposium 2022 yang diselenggarakan oleh
School of Media, Creative Arts and Social Inquiry, Curtin University, Perth, Australia
pada hari Jumat, 9 September 2022, pukul 09.00 – 16.00 AWST
Berikut flyer untuk Call for Paper (CfP) nya yg tersirkulasi sejak akhir Juli (kalo ndak salah inget)
Mbak Dr. Indah S. Pratidina (saya memanggilnya mbak Dina), Sekprodi Pasca Komunikasi UI, yang menggawangi project ini sekaligus menghubungkan kami dengan pihak Curtin University, mengusulkan title berikut untuk sesi panelis 1: Digital Communication in Indonesia: Revisiting Ethics and Practices
Saya tentu saja menyetujui dan senang dengan usulan di atas (karena ada Etika-nya 🙂
Berikut abstrak yang saya ajukan untuk membahas topik di atas:
The current digital disruption changes the patterns of communication interaction across generations and consequently creates some moral problems and ethical tensions. In these contexts, there is a growing need to re-articulate current ethical principles—seemingly rooted in “dominant Western approaches to communication study and practice,” which prioritize some values and marginalize others—by formulating Digital Communication Ethics (DCE) based on Information Ethics. Here, the author will critically examine them in the context of Indonesia’s rich cultural diversity. The novelty of the DCE is to reaffirm the legacy of culturally sensitive moral patients and to deepen the ethical agent’s moral responsivity amidst challenges.
Keywords: digital disruption; moral problems and ethical tensions; Digital Communication Ethics; Information Ethics; culturally sensitive moral patients
Berikut snapshot momen ketika saya dan rekan2 panelis dari UI (mbak Kicky dosen Ilmu Komunikasi UI, S3 Angk. 2016, dan Andari Karina Anom, dosen Binus, S3 Angk. 2021) melakukan presentasi secara daring menggunakan apps Webex. Urutan majunya, mbak Kicky dulu, saya baru Karin. Karin berbaik hati karena menggabungkan jadi satu file keseluruhan salindia pemaparan yang sudah kami siapkan masing2 dan juga berperan selaku juru screenshare (makasih banyak ya utk totalitas bantuannya, Karin!). Berkat bantuannya tersebut, kami jadi tidak tergopoh2 utk switch sharescreen dari laptop masing2 (which will certainly take time in-between).
Kesan setelah mengikuti kegiatan ini adalah:
1) Senang dan bangga karena boleh “mewakili” Universitas Indonesia, khususnya Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi untuk berdialog keilmuan dan tukar pikiran terkait state of the art keilmuan Komunikasi dan Riset Media dengan kolega2 di SMCASI, Curtin University
2) Agak gundah dengan kualitas koneksi internet (mungkin juga kualitas presentasi daring menggunakan Webex, padahal kami terbiasanya menggunakan Zoom dan GMeet selama PJJ dua-tiga tahun kemarin di Indonesia.. hehe) yang tidak dapat dikatakan optimal sehingga masukan dan tanggapan dari floor (termasuk dari Dr. Thor Kerr yang menjadi chair panel sesi kami untuk presentasiku) tidak terlalu jelas terdengar.
3) Rasanya waktu yang disediakan selama 50 menit saja tidak terlalu leluasa bagi kami untuk menyampaikan pemaparan, mengeksplorasi gagasan apalagi sampai ke perdebatan teoritis yang berujung pada kontribusi kebaruan utk keilmuan/riset disertasi kami.
Yah, mudah2an tahun depan kami masih bisa berkontribusi dalam ajang ini secara LANGSUNG alias tatap muka, pergi ke Perth! (sekalian halan-halan tentunya 😀 )
cheers, mate!
Hendar