Categories
Uncategorized

Ngobrol2 seputar Koding Open-Aksial-Selektif (GT) dan catatan kecil ttg (trajectory) pemikiran Pierre Bourdieu

Hari ini, Sabtu, 18 Maret 2023 aku ngobrol2 (chat GPT eh chat WA ding) dengan mas M, rekan se-Angkatan di Program S3 Komunikasi UI tentang progress pengerjaan disertasi kami masing2 menuju tanggal keramat 31 Maret 2023 yg rencananya kami mau submit draf naskah penelitian disertasi ke Pembimbing masing2 (ben selak maju ujian SHP :D)

Berikut kira2 topik dan isi pembicaraan kami:

Saran aja mas, alangkah baiknya jika ada faktor pembeda antara Narsum yg satu dgn yg lainnya sehingga ketika dibuat komparasi, nantinya ada similarity & difference.

Nah dari poin2 pembeda pada tataran open dan axial inilah kita sebagai peneliti boleh berharap dan bertekun untuk dapat mengembangkan kisah unik (ideografis) Narsum dengan menggunakan selective coding.

Pada gilirannya, di situlah kebaruan penelitian kita pada level S3 akan kebuka/tersingkap.

Sepakat mas.

Mungkin baik juga jika ingin dapat statement refleksi pengalaman yg berbeda dari Narsum yg sama, angle pertanyaan mas dapat dibuat lebih tajam/spesifik.

Misalnya, mengutip panduan coding dari Grounded Theory yg dikembangkan Strauss & Corbin (1998), mas dapat lebih menggali aspek2 berikut:

1) conditions (causal/intervening),
2) context,
3) strategies for action/interaction &
4) consequences.

Tentu dari masing2 aspek di atas masih dapat dipecah/dibagi2 lagi.
Misalnya: consequences itu bisa diperiksa menggunakan sub-kategori berikut:
1) konsekuensi langsung & tidak langsung terhadap pengembangan karir profesionalnya si Narsum sbg (sesuatu); bisa juga
2) konsekuensi moral dan etis utk pengembangan dirinya sebagai pribadi yg melakoni profesi (sesuatu)
3) konsekuensi sosial politis, dst., dsb.

Begitu juga dgn conditions baik yg causal maupun intervening msh bisa dibagi2 lagi sesuai kebutuhan/tilikan mas. Misalnya:

Causal conditions:
*) Direct or indirect (mediate or immediate).
*) Natural (biological) or social (cultural).
*) Historical (particular) or ahistorical (general/universal)
, dst dsb.

[rekan] Mantap ini Mas 👍🏻

Betul mas. Keterangan khas seperti inilah yg menjadikan pengalaman khas individu berbunyi di tengah kemungkinan hal2 yg sama lainnya.
Selamat melanjutkan penggalian kodingnya mas 👍🏼

[rekan] Terimakasih Mas Hendar

Sepakat mas. Wajah pemikiran Bourdieu sebanyak penafsirnya.

Selain itu, gagasan yg dikemukakan Bourdieu pun banyak mengalami perkembangan, katakanlah sejak 1960 sampai meninggalnya pada 2002.

Konsen utama Bourdieu di awal2 mentas karyanya, yaitu Sociologie de l’Algérie (1958) sampai ke Outline of a Theory of Practice (1977) & Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste (1979/1984) mencoba memahami bagaimana letak, peran & aksi/signifikansi subjek dalam struktur yg objektif.

Dalam proses memahami ini, Bourdieu mencoba mendamaikan dikotomi pengaruh (interplay of influences) antara struktur2 sosial eksternal dengan pengalaman subjektif pada tataran individu.

Hal ini menurutku cukup logis karena di awal karirnya, Bourdieu mulai penelitian dari fenomena yg sifatnya etnografis di Kabile, Aljazair sana.
[Tentang Kabile: Kabylia is a cultural, natural and historical region in northern Algeria and the homeland of the Kabyle people. Lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Kabyle_people]

Unit analisis yg menjadi fokus penelitiannya katakanlah berada pada level meso-scopic (individu dalam kelompok tribal) dan kemudian berkembang sampai ke tataran supra-struktur, yaitu negara dalam State Nobility: Elite Schools in the Field of Power (1998) dan Sur l’État Cours au Collège de France 1989-1992 (2012) dan struktur ekonomi makro dalam Acts of Resistance: Against the Tyranny of the Market (1999) dan The Social Structures of the Economy (2005).

Begitulah kurang lebih yg kupahami terkait trajectori mikro-makro berpikirnya Bourdieu. CMIIW.🙏🏾

Betul mas (tilikan tersebut), jadi sebetulnya memang tidak perlu dipertentangkan ya, paling yg dapat dilakukan mas X utk menjawab pertanyaan mas Y waktu ujian kemarin adalah bahwa pada tataran individu yg dikenali/didapat berupa pengalaman, nilai2 dan refleksi atas pengalaman dan nilai2 tersebut; sementara pada tataran organisasi sudah mulai ada skema2 dan struktur2 yg sifatnya normatif, enabling sekaligus constraining (tinggal dijelaskan satu per satu mana yg mana), yg berada di luar kendali individu utk mengubahnya, paling2 ya bernegosiasi dgn struktur2 atau kondisi2 tersebut, semacam take and give nya apa, termasuk kondisi di sini adalah “digitality” ya mas yg jadi “disruption factor” cukup menentukan pada kinerja organisasi.

~end of chat~

Moga2 bermanfaat bagi sesama pejuang disertasi ya ngobrol2 ringan membahas metode dan teori di atas.

Semangkaaaaa!

Rujukan soal Metode Grounded Theory yg dibincang di atas:
Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basics of qualitative research: Techniques and procedures for developing grounded theory (2nd ed.). Sage Publications, Inc.

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *