Categories
Uncategorized

Diskusi Panel MFI: Legasi Pemikiran Bruno Latour (1947-2022)

*DISKUSI PANEL: LEGASI BRUNO LATOUR*

9 Oktober 2022 yang lalu, Bruno Latour meninggal pada usianya yang ke-75 tahun. Sebagai seorang pemikir besar Prancis yang sangat berkontribusi dalam berbagai bidang ilmu sosial humaniora, Latour dikenal sebagai filsuf yang paling tenar sekaligus paling disalahpahami (The New York Times, October 25, 2018).

Dalam diskusi panel ini, Masyarakat Filsafat Indonesia mengundang Anda untuk berbincang seputar ide warisan Bruno Latour bersama sejumlah panelis (Rangga Mahaswa, Risalatul Hukmi, Atolah Yafi, Karunia Haganta, dan Hendar Putranto) yang akan memotret dan menyajikan pemikiran Latour dari empat perspektif:

*1. Latour dan Implikasi Metodologisnya: Dari Materialis ke Multispesies.*
Metode etnografi berbasis antropologi yang dikembangkan Latour mendorongnya untuk melakukan terobosan konseptual sekaligus metodologis yang sifatnya mendobrak kekakuan mazhab pemikiran terdahulu. Sumbangan kebaruan pemikiran Latour pada ilmu sosial juga berdampak pada filsafatnya yang kental dengan pengayaan empiris. Pengaruh Latour terasa dari Webb Keane sampai Eduardo Kohn, dari pendekatan materialitas ke multispesies.

*2. Segregasi Nature dan Culture.*
Bagaimana Modernitas ingin memberi distingsi antara masyarakat dengan alam dan bagaimana distingsi ini kemudian berubah menjadi segregasi yang problematis. Topik ini akan mengeksplorasi karya Latour yang paling populer, We Have Never Been Modern (Nous n’avons jamais été modernes: Essai d’anthropologie symétrique; Edisi bahasa Perancis terbit 1991, terjemahan bahasa Inggris terbit 1993) dan pemikiran-pemikiran turunannya.

*3. Bruno Latour dan Antroposen.*
We Have Never Been Modern (1991) mengawali pergeseran sudut pandang bahwa kategorisasi dalam konstitusi-konfigurasi modern tidak pernah ada. Kerja dunia niscaya selalu berjejaring—saling menopang-membaur (hybrids)—parliament of things, segala sesuatunya saling terhubung. Bukan sekedar armchair philosopher, Latour menyuarakan politik ekologi praksis, bahwa sesungguhnya dunia bergerak dalam jejaring-konstitusi-ekologisasi yang menghimpun kehidupan secara bersamaan. Artinya, terdapat semacam jejaring konstitutif antar manusia (human) dan entitas non-manusia (non-human), seperti halnya things (sampah, objek-ekologis, atmosfer, kereta, polisi tidur,—baik ‘yang dianggap’ alamiah atau artifisial), yang mempengaruhi perspektif Latour tentang krisis iklim dan bahkan diskursus Antroposen. Warisan pemikiran Latour dalam diskursus Antroposen telah melahirkan beberapa gerakan pendekatan filsafat lingkungan, seperti teori jejaring aktan-global, status agensi selama krisis ekologis, multi-instabilitas, antropologi Antroposen, dan bahkan Gaia-Antroposen yang membahas zona kritis (critical zone) bumi-dunia manusia. Segala hal yang berjejaring ini memaksa manusia memikirkan ulang hubungan dirinya dengan entitas yang lebih dari sekedar dirinya, yang hidup dan menghidupi dalam sebuah krisis Antroposen.

*4. Latour dan Political Epistemology.*
Klaim-klaim epistemik pada dasarnya tidak mungkin dipisahkan dari ‘kekuasaan’. Begitu halnya science tidak untuk dipahami sebagai sebuah konsep abstrak (dengan S kapital) tapi sebagai serangkaian praktik yang keberhasilannya bergantung pada pengembangan, pemeliharaan, dan kompleksitas relasi kuasa.

Klik link ini untuk bergabung dalam zoom meeting:
https://telkomsel.zoom.us/j/98775131396?pwd=Z21FZ2k0UC9vem9nd0VYQXBJVU0rZz09

Meeting ID: 987 7513 1396
Passcode: Latour

Kolokium ini diadakan rutin setiap 2 minggu, terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya.
Narahubung: https://wa.me/+6281219174136 (Ruth).

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *