Lessons to learn dari Tour de Impact (3-7 Agustus 2024)
Pak Irwan Fakhruddin (Sekprodi SC, Tour Leader) membuat grup WA Tour de Impact pada 24 Juli 2024 pukul 08:22 WIB. Belio posting welcoming note sbb.: “Selamat datang di WAG perjalanan belajar praktik baik nan berdampak ke Jawa Tengah yang akan berlangsung 3-7 Agustus 2024. Terkait Tour de Impact ke Jateng, berikut Agenda-nya, mudah2an memungkinkan untuk waktu Packbapack semua.
3-5 Agustus 2024: Temanggung (Visit Workshop Spedagi, VCMC -Village Creative Movement Center, Pasar Papringan, meetup dengan Singgih S. Kartono-Fransisca Calista-Mas Yudhi/Ahmad Spedagi Homestay-Mas Imam Papringan)
5-7 Agustus 2024: Banyumas Raya (Visit White House de Noya, Dampingan Benihbaik.com, Kota Lama Banyumas, Ngopi Ngapak, meetup dengan Andy F. Noya-BI Purwokerto-Sociopreneur Desa di Banyumas Raya-LPPM Unsoed)”
Lessons to learn dari Tour de Impact (versi Hendar)
Berbeda dari industri, Alam (Nature) tidak memberikan sesuatu yg seragam shg kadar toleransi material bambu utk produk Spedagi tidak bs ditekan ke angka 1%. 20% toleransi material yang dimiliki Spedagi itu kegedean utk diproduksi scr massal (industri). Perlu sentuhan artistik (craftsmanship) untuk mengolah 20% toleransi material yang ada/tersedia di Lab Spedagi. Tapi justru di sinilah keunikan dan daya tarik sepeda bambu Spedagi yang diinisiasi mas Singgih. Tentu saja orientasi “bisnis” Spedagi bukanlah menangguk keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya melainkan pemberdayaan masyarakat setempat sekaligus ikhtiar untuk terus menjaga kelestarian alam.
Pasar Papringan merupakan laboratorium keberlanjutan par excellence.
BAF: Baturraden Adventure Forest (social forestry) (website: https://bafadventure.com/) merupakan “bentuk baru wahana ekowisata dan petualangan rimba dengan pemandangan hutan damar dan pinus serta aneka vegetasi hutan yang membentang di kaki Gunung Slamet seluas 50Ha.” Pengalaman ngobrol selama 2.5 jam dengan founder-nya mengajarkan kepada saya bahwa tidak ada “kegilaan insani” dari sosok founder-nya yg tidak disambut dengan “kesabaran hutani.” Proses menempa hutan produktif menjadi tetap ramah bahkan lestari lingkungan (misalnya, aliran air irigasi dibendung dan dikonversi dengan alat turbin mini menjadi daya listrik yang mencukupi kebutuhan listrik BAF) berarti konversi “kegilaan” menjadi keramahan dan daya lenting yg inklusif.
Sosok XYZ dari Unsoed sebagai penyambung kepentingan multi pihak utk bahu-membahu menjalankan beragam format PkM dan memajukan kesejahteraan sektor masyarakat yg selama ini terpinggir mengajarkan kepada saya untuk tidak memusatkan perhatian soal power & distribution melulu pada locus (loci) yg tradisional maupun modern, melainkan justru pada the power of persuasive communication performed by middle man power broker. Lewat sosok seperti mas XYZ kemapanan institusi (khususnya akademis) dikoreksi dan terus direvitalisasi agar nyambung dgn kebutuhan riil warga di lapangan. Di samping itu, Universitas bukan menjadi menara gading yg melayani kepentingan parokialnya dhewek.
Adapun tantangan soal KKN (MBKM) zaman now bisa dilihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=Xyxb2iT4RaM
Setelah menonton video pendek ini, sivitas akademika di kampus, khususnya Rektor, Warek, Dekan, Kaprodi dan jajarannya, para Kepala Biro dan Kordinator PkM, diajak untuk merefleksikan bagaimana mendesain program PKM maupun MBKM yang berdampak (impactful). Jadi, jangan sampai KKN malah dijadikan ajang bagi para mahasiswa berlomba2 cari tempat KKN yg horor buat bahan ngonten. Desa yang menjadi sasaran KKN harus merasakan dampak kehadiran dan partisipasi mahasiswa peserta KKN secara nyata dan sustainable. Jadi, istilahnya, mahasiswa jangan cuman numpang madhang, nelek & nyampah ning ra mudheng di desa target KKN.