Categories
Uncategorized

Menyibak Operasi Kuasa/Pengetahuan bersama Michel Foucault

Tulisan ini merupakan saduran dan penafsiran kembali tulisan dari Downing, L. (2008). The Cambridge Introduction to Michel Foucault. Cambridge University Press, h. vii-x; kemudian didialogkan dengan tulisan Romo Haryatmoko tentang Foucault dan dilengkapi penjelasan tentang Foucault dalam kuliah daring “Seminar Media dan Pascamodernisme,” sesi ketujuh, Kamis, 19 Maret 2020

Refleksi dibuat oleh Hendar Putranto

1) Inti argumen Foucault tentang pengetahuan: Semua bentuk pengetahuan itu sifatnya relatif dan kontingen secara historis dan tidak dapat dipisahkan dari kerja-kerja (pengaturan) kekuasaan.

2) Dengan gugus karyanya, Foucault menggoyang kemapanan berpikir dan klaim-klaim pengetahuan (Epistemologi) Dunia Barat. Secara efektif, Foucault menelanjangi fungsi-fungsi relasi kekuasaan yang tersembunyi di balik beragam klaim pengetahuan dan body of knowledge.

3) Metode ‘demistifikasi’ yang dipakai Foucault dalam karya-karyanya ini menyibak suatu cara melihat dan memahami yang berbeda tentang bahasa, struktur sosial dan lembaga medis/kedokteran, disiplin keilmuan yang terlembaga dalam universitas-universitas, juga tindakan-tindakan seksual dan identitas.

4) Yang dilakukan Foucault—yang juga dikenal sebagai ahli sejarah yang handal—dengan ‘menggoyang kemapanan berpikir Dunia Barat” ini bukan hanya sekadar menawarkan teori alternatif tentang pokok-pokok di atas (nomor 3), namun lebih dari itu. Foucault mengajak pembacanya untuk menyadari medan magnet kekuasaan dan pengaruh yang membuat masing-masing domain kekuasaan ini eksis dan menghasilkan gugus makna yang khas, yang menjadi ciri penanda mereka masing-masing, dalam konteks sejarah dan budaya yang berbeda-beda.

5) Cara memahami pengetahuan & kekuasaan yang ditawarkan Foucault ini sedemikian berbeda (dibanding para pemikir sebelumnya) sehingga sidang pembaca yang tidak akrab dengan [secara umum] pemikiran pasca-strukturalis kontinental, apalagi dengan [secara khusus] konteks muncul dan lahirnya pemikiran Foucault, akan bersusah-payah memahami metode arkeologi dan genealogi-nya yang rigor.

dst (1011 kata), you may ask me the complete version of this reflection by sending me request via email

By Hendar Putranto

I am a doctorate student in Communication Science, FISIP Universitas Indonesia, starting in 2019. Hope this blog fulfills my studious passion to communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *